DAILY MAIL INDONESIA. NET | IDI | Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) terus memantau dan mengawasi sumur migas PT Medco E&P Malaka di Aceh Timur yang mengeluarkan racun. Hal itu menyebabkan sejumlah warga dilarikan ke rumah sakit.
”Kami terus mengawasi sumur AS Medco yang sebelumnya
mengeluarkan asam sulfat, sehingga terhirup warga. Ada 11 warga masih dirawat
di rumah sakit akibat kejadian tersebut,” kata Deputi Operasi BPMA Edy
Kurniawan di Banda Aceh, seperti dilansir dari Antara Sabtu
(10/4).
Edy Kurniawan mengatakan, dari koordinasi BPMA dengan
perusahaan migas itu, Sumur Alue Siwah (AS) 11 saat ini sudah ditutup setelah
ada kejadian yang menyebabkan warga masuk rumah sakit. Awalnya, sumur AS 11 itu
dibuka pada Jumat (9/4) pukul 00.40 untuk perawatan rutin guna meningkatkan
produktivitas. Perawatan, termasuk melakukan pembakaran atau flaring gas
asam sulfat.
”Kemudian, ada laporan dari masyarakat terkait gas asam
sulfat ini, sehingga sumur tersebut langsung ditutup. Proses perawatan sumur
tersebut sudah dilakukan sesuai prosedur dan ini biasa dilakukan di sumur-sumur
migas,” terang Edy Kurniawan.
Selain mengawasi sumur tersebut, BPMA mengingatkan PT Medco
E&P Malaka memastikan penanganan korban terdampak gas beracun tersebut
dilakukan dengan baik.
”Ada 11 korban masih dirawat di rumah sakit, 10 di antaranya
dirawat di dua rumah sakit di Aceh Timur serta seorang lagi dirujuk ke rumah
sakit di Banda Aceh,” ujar Edy Kurniawan.
VP Relations & Security PT Medco E&P Indonesia Arif
Rinaldi mengatakan, pihaknya bersama instansi terkait memfokuskan penanganan
dampak dari asap kegiatan pembakaran gas Sumur Aleu Siwah-11 yang sedang dalam
proses perawatan.
”Perusahaan telah menghentikan aliran sumur setelah
mendapatkan informasi adanya warga keracunan di Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan
Banda Alam, Aceh Timur,” terang Arif Rinaldi.
Selain itu, pihak perusahaan juga terus melakukan koordinasi
dengan puskesmas, aparat desa, dan pihak keamanan setempat untuk menyalurkan
bantuan logistik ke warga yang mengalami dampak dari aktivitas itu.
”Kami juga telah berkoordinasi dengan Badan Pengelola Migas
Aceh atau BPMA dan mohon dukungan masyarakat, pemerintah dan pemangku
kepentingan setempat dalam penanganan kejadian ini,” kata Arif Rinaldi.
Sementara itu, sebanyak 259 jiwa dari 155 kepala keluarga di
Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Kecamatan Aceh Timur mengungsi
akibat dampak asap gas beracun dari Sumur Aleu Siwah-11 milik PT Medco E&P
Malaka.
”Ada 259 jiwa warga Panton Rayeuk T kini harus mengungsi ke kantor Camat Banda
Alam di Desa Panton Rayeuk M,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Aceh Timur Ashadi.
Sedangkan 65 warga lain mengalami gejala seperti pusing
muntah-muntah, sesak nafas, serta muntah darah semuanya telah mendapatkan
perawatan medis.
Ashadi menambahkan, pihaknya telah menyiapkan dua unit tenda
dan ambal di lokasi pengungsi. Tak hanya itu Dinas Sosial Aceh Timur juga turut
menyediakan dapur umum di lokasi pengungsi.
”Semua korban telah tertangani dan sampai saat ini kondisi
aman terkendali. Kami juga belum bisa memastikan kapan warga yang mengungsi
tersebut kembali,” kata Ashadi.
PT Medco E&P Malaka menjanjikan menanggung seluruh biaya
pengobatan warga yang terdampak akibat asap gas beracun dari Sumur Alue
Siwah-11 milik perusahaan itu.
”Kami terus melakukan pendampingan dan memonitor
perkembangan kesehatan warga dan memastikan seluruh biaya akan ditanggung
perusahaan,” kata VP Relations & Security PT Medco E&P Indonesia Arif
Rinaldi.
”Perusahaan juga telah menyalurkan berbagai kebutuhan bagi
masyarakat yang mengungsi di kantor Camat Banda Alam,” tambah Arif Rinaldi.
Dia menyebutkan beberapa kebutuhan pokok yang disediakan
seperti beras organik, gula pasir, minyak goreng, sarden, telur, mi instan dan
minuman suplemen.