“Tafakur Akhir Ramadhan Jalan
Menuju Kemenangan”
Oleh: Mukhlis Sulaiman, SE M.M
Sejak Pandemi Covid-19 (Virus
Corona) melanda penduduk di bumi dan menjadi momok yang menakutkan bagi
manusia diseluruh dunia, virus ini pertama kali muncul dari Kota Wuhan, China
pada pertengahan November 2019, saat ini telah melanda hampir 213 negara di dunia
dan telah banyak memakan korban jiwa. Negara Indonesia salah satu negara yang
ikut terdampak Covid-19 tidak terkecuali Provinsi Aceh yang ikut merasakan
dampak virus yang sangat mematikan ini.
Namun dibalik semua musibah pasti ada hikmahnya, kita sebagai
umat islam yang beriman dan bertaqwa wajib bersabar atas segala cobaan yang
Allah berikan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah melalui tafakur serta mengikuti
arahan dari Ulama dan Pemerintah dalam hal pencegahan penularan Covid-19, hanya
kepada Allah semata lah mengharap supaya kita dijauhkan dari segala wabah
penyakit terlebih dalam suasana menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan, karena Ibadah
Puasa merupakan salah satu ibadah yang paling efektif dalam ber Ubudiyah kepada
Allah, melalui bulan Suci Ramadhan ini pula kita selaku umat islam terus
meningkatkan kualitas ibdaha kita kepada Allah dengan cara tafakur kepada Allah.
Ada
banyak cara dalam melakukan tafakur kepada Allah terlebih diakhir Ramdhan ini diantaranya
adalah:
Pertama
Tafakur akan ayat-ayat Allah. Allah turunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia di muka bumi, maka pelajari dan amalkan isi nya
niscaya kita akan selamat di dunia dan akhirat.
Kedua
tafakur tentang ciptaan Allah yang menakjubkan dan tentang bukti-bukti
kekuasaan Nya baik yang ghaib maupun yang tidak yang semuanya terbentang di
langit dan dibumi, diantara ciptaan Allah yang menakjubkan adalah manusia itu
sendiri.
Ketiga tafakur tentang
nikmat-nikmat Allah, yaitu dengan cara melahirkan rasa cinta dan syukur akan
nikmat-nikmat yang Allah berikan karena dengan bersyukur akan Allah lipat
gandakan nikmat yang lainnya.
Kempat tafakur tentang
janji-janji Allah, yaitu melahirkan rasa cinta kepada akhirat, faedahnya adalah
selalu diberikan jalan-jalan yang mudah, merubah ketakutan menjadi aman
sentausa dan mengantarkan orang mukmin ke syurga.
Kelima
tafakur terhadap ancaman Allah tafakur ini melahirkan sikap waspada terhadap
perbuatan dosa dan takut akan ancaman Allah faedahnya adalah mengingatkan kita
untuk tidak durhaka sehingga mendapatkan balasan neraka. Orang durhaka mengira
Allah menganiaya mereka, padahal mereka yang menganiaya diri mereka sendiri.
Keenam yaitu tafakur
tentang kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah sehingga
melahirkan rasa takut kepada Allah. faedah yang bisa diambil dari tafakur ini
adalah mengetahui asal, fungsi dan tujuan manusia diciptakan, mengetahui bahwa
Allah mengetahui segala sesuatu dengan apa yang tidak kita ketahuinya, munculnya
rasa malu dan sifat zuhud, cinta akhirat dan mengingat mati.
Allah
SWT sudah menjelaskan dengan sangat gamblang dalam Al Qur’an apa yang menjadi
tujuan hidup manusia di muka bumi, yang artinya; “Dan tidaklah
Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Q.S Adz-Dzaariyaat-ayat 56)
Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan
diciptakannya manusia oleh Allah adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah
semata. Ayat ini mengisyaratkan betapa pentingnya tauhid, karena tauhid adalah
bentuk ibadah yang paling agung, meng-esakan Allah dalam ibadah. Ayat ini juga
mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan
adalah agar berilmu, maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari
dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam
kecuali untuk mendapatkan buahnya, karena ilmu adalah buah dari amal.
Maka jelas kita selaku manusia yang beriman
dan bertaqwa tentu dapat mengukur diri kita masin- masing sejauh mana
penghambaan dalam bentuk Ubudiyah (Ibadah) yang kita lakukan kepada Allah, dan
seberapa besar ibadah (amalan) yang telah kita persiapkan sebagai bekal menju
akhirat kelak, karena kematian merupakan rahasia Allah terhadap hamba-Nya yang
namun kita sebagai manusia harus secara terus menerus mepersiapkan diri
menghadapi kematian dengan cara memperbanyak ibadah sesuai dengan tuntunan
Al-Qur’an dan Hadist.
Ibadah
merupakan penghambaan manusia kepada Allah, bahwa segala macam perbuatan atau
ucapan yang dicintai dan diridhai oleh Allah adalah ibadah, termasuk juga
amalan hati seperti cinta kepada Allah, tunduk, menghinakan dan merendahkan
diri, takut, berharap, tawakkal, semuanya adalah ibadah.
Dalam
Al-Quran dan Hadits terdapat perintah terhadap sesuatu, maka sesuatu itu adalah
ibadah. Jika Allah dan Rasul-Nya melarang sesuatu, maka meninggalkan sesuatu
itu juga ibadah, kita sering mendegar dan membaca dalam bahasa Aceh “Tapeubuet suroh tapeujioh teugah yang
larang Allah bek takeurija” maknanya adalah “Kerjakan apa yang Allah suruh
dan tinggalkan segala larangan-Nya” maka ini semua dinamai dengan ibadah.
Setelah
kita mengetahui tujuan hidup, maka perlu diketahui pula bahwa jika Allah
memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya, bukan berarti Allah butuh pada
kita. Sesungguhnya Allah tidak menghendaki sedikit pun rezeki dari makhluk-Nya
dan Allah pula tidak menghendaki agar hamba memberi makan pada-Nya. Allah lah
yang Maha Pemberi, Maha Mengampuni, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Puasa Jalan Menju Kemenangan
Allah
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah aya 183 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar
kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183).
Allah
memerintahkan kepada manusia untuk berpuasa sebagaimana dikutip dari ayat
tersebut dengan tujuan agar manusia menjadi bertaqwa kepada Tuhannya. Hal ini
jelas jika dikaitkan dengan pelaksanaan puasa Ramadhan yaitu menahan nafsu,
baik nafsu secara lahiriyah (makan, minum, syahwat) maupun nafsu batiniah yang
meliputi rasa iri, dengki, dendam, dan lain-lain. Dengan berpuasa, kita
diajarkan oleh Allah untuk menahan semua rasa tersebut, dengan tujuan meningkatkan
Taqwa kepada Allah SWT.
Sungguh telah datang kepada kita bulan Ramadhan yang
Agung, di bulan ini Allah turunkan Al-Quran, napas-napas kita menjadi tasbih,
tidur adalah ibadah, amal-amal diterima, dan doa-doa diijabah. Bulan yang
lebih baik dari seribu bulan. Bulan penerang bulan sebelumnya. Bulan pemberi
kesejukan jiwa, hati, dan pikiran.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; yang artinya: “Barang siapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan karena dilandasi oleh iman dan niat semata mengharap ridha Allah, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (H.R. Al-Bukhari), dalam Hadist yang
lain Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya; “Barang siapa yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan
shalat-shalat sunnah (dan ibadah-ibadah yang lain) karena dilandasi oleh iman
dan niat semata mengharap ridla Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu” (H.R. Al-Bukhari)
Ramadhan memang bulan yang mulia, Rasulullah SAW
menyampaikan pada kaum Muslimin agar tidak melewatkan momentum Ramadhan ini.
Dalam khutbah menjelang Ramadhan, Rasulullah menyebutkan berbagai keutamaan
Ramadhan. “Jika memasuki bulan Ramadhan,
maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahannam ditutup,
sementara syaitan dibelenggu” (HR Bukhari, Muslim, Nasai dan Ibn Hibban)
Berdasarkan
Firman Allah dan Hadist Rasulullah dapat disimpulkan bahwa berpuasa di bulan
Ramadhan hukumnya adalah Wajib dilaksanakan oleh seluruh umat Muslim,
terkecuali dalam keadaan-keadaan tertentu seperti sakit, hilang akal (gila),
dan jika perempuan dalam keadaan menstruasi.
Namun ditengah Pandemi Covid-19 yang belum juga beranjak
dari kita bahkan Ramadhan tahun ini hampir usai namun Virus Corona masih terus
menyerang tiada hentinya. Situasi saat ini memang berbeda tidak seperti
biasanya. Keadaan di sekitar kita pada Ramadhan tahun ini mungkin tidak sama
dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi perekonomian sebagian besar masyarakat
pada Ramadhan tahun ini mengalami penurunan dan terus melemah bahkan dirasakan
hampir diseluruh dunia, situasi dan kondisi memang berubah, tapi hati kita
tidak boleh berubah dalam menyikapi perkembangan terkini, sesulit apa pun
keadaannya hati tidak boleh goyah dan iman tidak boleh melemah.
Mari kita terus mengasah kesabaran dan syukur kita, ini
saatnya kita diuji oleh Allah, apakah kita betul-betul memiliki sifat sabar dan
syukur ataukah sabar dan syukur selama ini hanya slogan di bibir saja. Kita manfaatkan akhir Ramadhan tahun ini sebagaimana
kita memperlakukan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Kita raih ampunan,
keberkahan, rahmat Allah dan pembebasan dari api neraka. Semangat ibadah kita harus
tetap membara, api motivasi harus senantiasa menyala dan akhirnya dipenghujung
Ramadhan kita memperoleh titel Taqwa.
Ibadah bisa dilakukan di mana saja. Jika tidak
memungkinkan di masjid, meunasah dan mushalla, maka dapat dilakukan di rumah
bersama keluarga. Pada Ramadhan tahun ini, kita tidak hanya berjuang melawan
godaan syetan dan hawa nafsu, tapi kita juga sedang berlaga di medan perang
melawan Virus Corona yang tidak nampak oleh kasat mata. Dimana keadaan yang membuat banyak orang menjadi
panik, takut, resah, susah, risau, galau, khawatir, ketar-ketir, waswas,
mencaci, memaki, mencerca, tidak sabar dan tidak bersyukur. Kita tidak boleh
kalah dengan keadaan, kita kalahkan keadaan dengan menjaga hati. Hati harus
tetap jernih. Hati kita tidak boleh dilanda kepanikan dan ketakutan, tapi harus
tetap menjaga kewaspadaan. Ibadah jangan ditinggalkan, tapi protokol kesehatan
jangan pula diabaikan.
Ikhtiar lahir
tetap dijalankan, tapi tawakal kepada Allah jangan sampai menjauh dari hati
kita, mari kita lakukan ibadah di bulan Ramadhan dengan “Imanan Wahtisaban”, agar kita meraih Ridha Allah dan memperoleh
pengampunan dosa dari-Nya. Kita lakukan ibadah dengan iman yang kokoh dan niat
semata-mata karena Allah. Iman yang kokoh artinya beriman bahwa Allah
adalah satu-satunya Dzat yang wajib disembah, Dialah yang menciptakan segala
sesuatu yang ada di langit dan di bumi, tidak membutuhkan kepada segala
sesuatu, menakdirkan segala sesuatu, menghendaki terjadinya segala sesuatu dan
berbeda dengan segala sesuatu.
Apa pun yang terjadi atas kehendak-Nya dan apa pun
yang berlaku hanya atas takdir-Nya. Kita yakini bahwa di balik setiap kejadian
pasti ada hikmah, pelajaran dan makna yang terkandung di dalamnya. Niat
karena Allah, artinya niat semata-mata mengharap ridha dari Allah. Bukan karena
ingin mendapatkan pujian dari sesama hamba. Bukan karena ingin mendapatkan simpatik
dari teman dan tetangga, murni karena Allah bukan karena yang lain.
Mari
kita tingkatkan terus berbagai ibadah diakhir Ramadhan ini dengan iman yang
benar, niat yang benar dan tata cara yang benar. Kebenaran iman, kebenaran niat
dan kebenaran tata cara hanya dapat terwujud jika kita berilmu. Oleh karena
itu, jangan bosan mengkaji ilmu agama. Karena ilmu agamalah yang akan menuntun
kita menuju jalan kebaikan dan kebenaran sehingga meraih derajat takwa, suci
lahir dan bathin menuju ridha Allah SWT.
Jadikan
Ramadhan tahun ini sebagai cambuk terhadap dosa-dosa setahun yang lalu mari
kita perbaiki kualitas iman dan amal menuju akhirat yang kekal abadi, tidak ada
kata terlambat dalam memperoleh ampunan Allah, karena sesungguhnya Allah Maha
mengampuni atas dosa-dosa hamba-Nya bahkan sebesar apapun doasa hamba-Nya itu
namun ampunan Allah lebih besar dari segalanya. Maka dari itu teruslah
memotivasi diri menjadi manusia yang lebih baik serta pastikan bahwa hari esok
harus lebih baik dari pada hari ini, kalau bukan dalam bulan suci Ramdhan dan
dalam suasana pandemi Covid-19 seperti ini kita tidak mau merubah diri dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan terus mau kapan lagi kita berubah.
Setelah
kita melewati rutinitas Puasa Ramadhan selama satu bulan penuh maka Allah
memberikan kita hadiah kemenangan yaitu masuknya Hari Raya ‘Idul Fitri (1
Syawal) dan ini merupakan hari spesial yang dinanti-nanti oleh umat muslim
sedunia, dimana pada hari itu seluruh umat muslim di dunia menyambutnya dengan
penuh sukacita dan gembira serta mengumandangkan takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar", dengan merdu
kalimat takbir dikumandangkan untuk menyambut hari nan Fitri, mulai dari anak-anak
hingga kalangan dewasa mengumandangkan lantunan kalimat takbir tersebut, mereka
menyatakan bahwa telah usai berjuang melawan hawa nafsu serta membersihkan diri
dari dosa.
Diwaktu
pagi hari raya, seluruh umat muslim ramai-ramai melaksanakan shalat ‘Idul Fitri
secara berjama'ah dilanjutkan khutbah, kemudian dilanjutkan dengan salam-salaman
guna saling memaafkan dengan diiringan shalawat. Tradisi secara turun termurun
ini terus saja dilakukan oleh umat islam bahkan jauh-jauh hari umat islam telah
mempersiapkan masuknya Hari Raya ‘Idul Fitri ini, yang ada diperantauan pulang
kekampung halaman (mudik) guna berkumpul dengan sanak saudara dan keluarga
serta handai taulan, namun lagi-lagi Allah menguji tingkat kesabaran hambanya
dimana Pemerintah melarang masyarakat untuk tidak mudik guna memutus mata
rantai penularan Virus Corona terhadap keluarga dikampung halaman, mari kita
ikuti intruksi pemerintah supaya semua kita dapat terhindar dari wabah Virus
Corona yang sangat mematikan ini.
Semoga
kita semua dapat menjadikan keadaan ini sebagai tolak ukur dalam melatih
kesabaran atas segala ujian yang Allah berikan. Selamat menjalankan Ibadah
Puasa Ramadhan dan selamat menyambut Hari Raya ‘Idul Fitri 1441 H, semoga kita
semua dipertemukan kembali dengan Ramdhan Tahun yang akan datang tentunya dalam
suasana yang lebih baik dari tahun ini. “Amin Yarabbal ‘Alamin”.
Penulis adalah;
Alumnus Megister Manajemen
Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) Banda Aceh
Label: akl, BANDA ACEH, NEWS, OPINI