Dailymailindonesia.net, Banda
Aceh – Wakil Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah
MT meyakini, dengan segala fasilitas yang dimilikinya, Kyriad Muraya Hotel akan
berkembang dan berperan dalam mendukung menyemarakan sektor pariwisata dan jasa
yang Islami di Bumi Serambi Mekkah.
Hal tersebut disampaikan oleh Wagub, dalam sambutan singkatnya
saat membuka secara resmi beroperasinya Kyriad Muraya Hotel Aceh, yang berada
di kawasan Simpang Lima, Kamis (16/11/2017).
“Keputusan Kyriad Hotel Group berinvestasi di
Aceh mengindikasikan bahwa investasi di sektor jasa, perhotelan dan pariwisata
memiliki prospek sangat cerah di Aceh. kami menghimbau agar manajemen hotel
dapat memberikan pelayanan terbaik kepada para tamu, dan jangan lupa untuk
mengedepankan nilai-nilai Islam yang berlaku di Aceh,” ujar Wagub.
Wagub meyakini, dengan mengedepankan nilai-nilai
Islami, kehadiran Kyriad Muraya dapat memperkuat pencitraan yang baik bagi
Aceh, karena Aceh merupakan satu-satunya daerah yang menerapkan Syari’at Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
Nova menambahkan, dalam beberapa tahun ke depan,
Aceh akan menyelenggarakan berbagai event-event besar bertaraf internasional.
Hal ini tentu saja akan memberikan imbas positif, tidak hanya bagi pelaku usaha
pariwisata tapi juga bidang jasa perhotelan.
“Saya ingatkan, dalam beberapa tahun ke depan
akan banyak sekali event besar yang diselenggarakan di Aceh. Akhir bulan ini,
Aceh akan menggelar Sail Sabang yang berlangsung 28 November-5 Desember, serta
turnamen sepakbola internasional Aceh World Solidarity Cup yang berlangsung
pekan pertama Desember ini,” ungkap Wagub.
Oleh karena itu, Wagub menghimbau agar sektor
perhotelan dan pariwisata Aceh harus menyambut gegap gempita semua event ini
dengan terus berbenah dan meningkatkan meningkatkan pelayanannya.
“Dengan pelayanan yang baik, citra dan daya tarik
Aceh tentu akan lebih meningkat, sehingga impian kita menjadikan Aceh sebagai
destinasi wisata utama di wilayah Indonesia bagian barat dapat terwujud.”
Prospek Cerah Sektor Pariwisata
dan Perhotelan di Aceh
Dalam kesempatan tersebut,
Wagub juga menambahkan, bahwa pariwisata dan perhotelan adalah sektor yang
sangat menjanjikan untuk dikembangkan di Aceh. Setiap tahunnya, sektor ini
terus mengalami peningkatan, baik jumlah hunian kamar maupun tingkat kunjungan
wisatawan.
“Tiga tahun lalu, sektor
perhotelan dan pariwisata berada pada urutan ke delapan sebagai penyumbang bagi
Pendapatan Regional Domestik Bruto Aceh, sejak tahun lalu posisinya naik
menjadi urutan keenam. Saya yakin, dua tahun ke depan posisi itu bisa naik
menjadi urutan ke-empat,” kata Wagub.
Kecenderungan ini, sambung
Wagub, dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang terus meningkat ke Aceh.
Pada tahun 2015 kunjungan wisatawan itu berkisar 1.7 juta orang, naik 20,22
persen dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2016 jumlah itu naik sebesar 25
persen menjadi 2,2 juta wisatawan.
“Pada tahun ini kita
berharap kunjungan wisatawan bisa lebih meningkat lagi, sehingga Aceh mampu
berkontribusi mendukung target nasional menerima kunjungan 20 juta wisatawan ke
Indonesia pada tahun 2019. Status Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia
diharapkan menjadi penggerak guna mencapai target itu,” imbuh Nova.
Waub menambahkan,
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tentu saja berimbas pada jumlah tamu
yang menginap di berbagai hotel yang ada di Banda Aceh dan sekitarnya. Pada
tahun 2013, jumlah tamu yang menginap berkisar 650 ribu orang. Tahun 2014 naik
sekitar 40 persen menjadi 936 ribu orang, dan setahun kemudian naik lagi
sebesar 10,32 persen menjadi lebih dari 1 juta.
“Di tahun 2015 dan 2016 kunjungan
wisatawan dan jumlah hunian kamar akan mengalami kenaikan yang signifikan
karena banyaknya event besar yang diselenggarakan di Aceh. Bahkan pada
momen-momen tertentu, para tamu sampai kesulitan mencari kamar hotel di wilayah
Banda Aceh dan sekitarnya,” ungkap Nova.
Sektor Swasta dan Percepatan Pembangunan Aceh
Dalam sambutannya, Nova
juga menjelaskan tentang pentingnya keterlibatan sektor swasta untuk
mendorong suksesnya percepatan pembangunan Aceh. oleh karena itu,
ketergantungan kepada anggaran pemerintah harus diminimalisir.
Menurut Wagub, jika
pertumbuhan ekonomi daerah masih terus bergantung kepada APBA maupun APBK, maka
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai. Apalagi
sampai saat ini, anggaran pembangunan Aceh sangat bergantung kepada dana
transfer dari pusat.
Wagub menambahkan, untuk
mengubah situasi ini, jalan satu-satunya adalah mendorong agar sektor swasta
berperan lebih besar dalam mengembangkan berbagai sumber daya yang ada di Aceh.
“Iklim investasi harus
kita perbaiki, perlindungan kepada dunia usaha harus kita tingkatkan, sehingga
investor semakin banyak mengembangkan investasinya di Aceh. Dengan
banyaknya investasi yang masuk, lapangan kerja akan terbuka luas, sehingga
upaya kita untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat akan lebih mudah,” kata
Wagub.
Untuk mencapai semua cita-cita
tersebut, Wagub berharap agar seluruh rakyat Aceh turut berperan aktif
mendukung langkah untuk memperbaiki iklim investasi di Aceh. “Bersama kita
yakinkan kalangan dunia usaha, bahwa Aceh adalah tujuan investasi terbaik di
wilayah Indonesia bagian barat,” sambung Wagub.
“Kyriad Muraya Hotel saya
harapkan dapat tampil sebagai salah satu motor dalam mendukung kebangkitan
sektor jasa, perhotelan dan pariwisata di Aceh. Dengan begitu, bukan hanya
jumlah wisatawan saja yang dapat kita tingkatkan, tapi kepercayaan investor
juga akan dapat kita tingkatkan.”
Untuk itu Wagub menghimbau
masyarakat Aceh agar bersama-sama merawat kepercayaan investor dengan terus
memperkuat semangat perdamaian dan turut memberi perlindungan kepada para
investor.
“Jika investasi yang masuk
ke Aceh semakin banyak, niscaya dunia usaha semakin berkembang dan
kesejahteraan rakyat akan meningkat. Saya yakinkan, bahwa Aceh sekarang adalah
daerah yang aman, damai dan kondusif untuk dikunjungi, baik untuk berwisata
maupun berinvestasi,”” pungkas Wakil Gubernur Aceh.
Peresmian beroperasinya
Kyriad Muraya Hotel ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Wakil
Gubernur didampingi Wakil Ketua DPRA, Sulaiman Abda dan manajemen Kyriad Muraya
Hotel Aceh.